warna yang sebenarnya

selamat tahun baru 2013!
banyak hal yang terjadi di akhir 2012 dan gw dipaksa Tuhan buat berpikir dan merasakan.

beberapa saat yang lalu gw membuat status ini di salah satu media sosial:
"once in your life you'll find the one that sparks up your life and then your life's never gonna be the same again.
that one will open your eyes that though you see his imperfections,
though you must suffer the pain,
though you must be apart,
though you can't be together,
you just can't stop the love because you love him the way he is.
and that his happiness is your happiness."

lame? bullshit? omong kosong? silakan berpikir apa saja, karena gw dulunya akan mengatakan hal-hal semacam itu kalau sampe gw menemukan ada orang yang menulis seperti di atas. gw ga ngerti bagaimana ceritanya kita bisa sayang sama orang yang ga sempurna.
kita yang paling tahu diri kita dan pasti paling tahu kurangnya diri kita sendiri. sudah sewajarnya kita mencari orang yang sempurna, yang lebih baik daripada kita. contohnya mungkin dia suka lupa meletakkan kunci atau barang, masih bisa ditoleransi ketimbang lupa hal yang penting, contoh: pacar.

orang-orang yang kenal gw pasti tahu betapa ocd-nya gw atau kalau menurut versi teman kuliah, betapa anakastiknya gw. gw benci cowo yang bisa jalan-jalan ke mall dengan crocs atau sandal, gw ga suka orang yang ga becus pake pisau sama garpu, bahkan gw sempat kesal dengan orang yang bila sudah selesai makan meletakkan garpu-sendoknya disilang dan bukan disejajarkan, apalagi yang diletakkan sembarangan. bahkan ayah gw saja bilang gw bisa super-annoying kalau sudah mulai kumat. jadi bagaimana caranya gw bisa mengerti kalau kita bisa sayang kepada orang sementara dalam otak kita penuh kritik saking ga sempurnanya dia di mata kita? dan bagaimana bisa sayang sama orang kalau ternyata kita melihat banyak kelemahannya?

gw juga ga mengerti dengan orang-orang yang bunuh diri gara-gara patah hati. menurut gw orang-orang seperti itu lemah, egois, tidak jelas. kalau memang patah hati, kalau memang emosi lebih baik 'bunuh dia' daripada bunuh diri kan? bunuh diri ga membuat yang menjadi alasan rugi. masa iya sudah patah hati masih mau rugi nyawa juga? kurang bodoh apa, tuh?

satu lagi yang dulu gw ga bisa mengerti dan ga bisa terima: cinta ga harus memiliki. ingin marah rasanya tiap kali mendengar ada yang mengucapkan kalimat itu. kalau cinta ga harus memiliki, ga akan ada orang yang mau berusaha sampai bisa jadian dan menikah, donk? kalau cinta ga harus memiliki, lalu kenapa kalau ga memiliki malah sedih? artinya sebenarnya kita ga rela kehilangan orang yang kita sayang, bukan demikian? kalau memang suka dan sayang orang pasti ingin memiliki. bagaimana kita bisa bahagia melihat orang yang kita sayang bahagia bersama orang lain? itu juga menjadi misteri yang ga bisa gw mengerti.

di bulan desember 2012 seseorang kembali menyelinap masuk ke kehidupan sehari-hari gw, tepat di saat gw mempertanyakan banyak hal dalam pikiran gw, termasuk betapa sulitnya gw memahami perasaan gw sendiri. orang itu adalah orang yang gw sayang. gw ga akan mengatakan 'dulu gw sayang', karena gw baru menyadari bahwa gw ga bisa berhenti sayang. dia adalah orang dengan banyak kekurangan yang anehnya selalu bisa gw toleransi. dia adalah orang yang hilang-timbul di kehidupan gw hanya untuk mematahkan hati gw berkali-kali. dan dia adalah orang yang mampu membuat gw tetap sayang walau apapun yang terjadi. ga peduli sebanyak apapun gw lari, dia akan selalu menemukan gw. lalu gw akhirnya menyadari dia adalah orang itu: orang yang hanya akan lewat sekali di kehidupan gw dan kalau gw lewatkan tidak akan ada kesempatan kedua.

sayangnya, gw melewatkan kesempatan itu. atau mungkin seperti yang kami berdua sepakati: kita ini bukan jodoh.

kami bertemu 5 tahun yang lalu dan setelah itu banyak yang telah terjadi. banyak episode curhat, banyak episode patah hati: dia dan gw masing-masing. lalu banyak pernyataan yang datang di waktu yang kurang tepat dan terlalu banyak logika dan ketakutan yang mengintervensi. gw memutuskan menghilang, tapi entah bagaimana caranya akhirnya gw kembali ditemukan. selalu. dan hal yang sama kembali terjadi desember lalu. dia kembali mengungkit masa yang sudah lewat, mengulangi penjelasan yang tadinya ga bisa gw terima, dan curhat tentang keadaannya sekarang: dia dan pacarnya. lalu gw menyadari beberapa hal:

1. dia adalah orang yang hanya satu itu,
2. gw mengharapkan dia bahagia dengan pacarnya yang sekarang.

pernyataan gw memang kontradiktif, tapi semuanya adalah hal yang benar-benar berasal dari gw. gw sayang apa adanya, gw sayang dia dan ga akan bisa berhenti sayang sampai mungkin suatu hari nanti Tuhan mengatakan sebaliknya. pada saat dia bercerita tentang pacarnya, gw sungguh berharap dia bisa langgeng dan bahagia bersama pacarnya untuk alasan yang sederhana: dia terlihat bahagia bersama pacarnya. gw cuma melihat dari beberapa foto, tapi menurut gw ada perbedaan antara ekspresi wajahnya sebelum dan saat mereka bersama. anehnya hal itu membuat gw juga bahagia.

sahabat-sahabat gw (yang luar biasa baik dan sangat peduli dengan gw) mengatakan kepada gw betapa beruntungnya dia, tapi gw bilang: betapa beruntungnya gw punya kesempatan bertemu orang yang hanya satu itu di hidup gw, betapa beruntungnya gw punya kesempatan menyayangi orang itu, dan betapa beruntungnya gw karena Tuhan menjadikan ini bahan pembelajaran agar gw lebih mengerti tentang diri gw dan hidup gw, dan bagaimana gw harus memandang dunia.

meskipun gw pernah melihat 'warna yang sebenarnya', bukan berarti gw harus jalan di tempat. mungkin gw ga akan pernah bisa menemukan warna yang sedemikian indahnya lagi, tapi hei, di situ letak tantangan hidup: menciptakan sesuatu yang baru, menggali keindahan yang belum terlihat, dan menghargai warna yang ada dan membuatnya jadi lebih baik.

akhirnya, seperti semua tulisan serupa yang akan dicap klise, gw akan menutup yang satu ini dengan kutipan dari Bunda Teresa sebagai berikut:

i have found the paradox, that if you love until it hurts, there can be no more hurt, only more love.