maafkan aku yang tak bisa melindungimu

cukup aku saja
agar kamu berbahagia
karena air matamu terlalu banyak jatuh
di saat aku tak mampu membendungnya
biar aku saja
yang merasa segala
sakit yang kau rasa 
kelam yang kau simpan
karena aku tak kuasa melindungimu dari semua

anak baik
anak baik
anak baik

karena aku anak baik
bukan?

tato

entah sudah berapa 
banyak katakata yang kau patri
satu demi satu berjatuhan bagai 
titiktitik hujan, tajam

entah sudah berapa
banyak katakata yang kau tanam
kini mereka mekar menebar
duriduri hingga ujung mimpi

katakata yang kau katakan 
berasal dari sakit, menyakiti
kugenggam mereka erat
agar tak bisa pergi
cukup aku
akhirnya padaku

p.s: 
apakah katakata ini pernah kau genggam pula
dan kau besarkan dalam luka
berharap mereka lemah dan meniada
lalu tetiba semua siasia?
ataukah itu ramalan tentangku
ketika tak lagi aku mendekap katakata yang berbahaya 
agar tak menebar luka?

hampa

ada hampa
mengisi 
yang tadinya
senyum di wajahmu
yang tadinya
bahagia di hatiku

aku terlalu harap
kini yang kulukis di angan tak sama dengan nyata
aku terlalu pongah
kukira aku cukup
nyatanya tak pernah

aku hidup menahan rasa
lamalama aku bungkam pada masingmasing mereka
yang satusatu berkata
“jangan bilangbilang ya”
lamalama aku mati merana karena masingmasing mereka
menanam siksa padaku
“jangan bilangbilang ya”

malam ini aku menutup mata
berharap hampa menerkamku seketika
agar besok tak lagi ada





tanya diri

kalau belum apakah boleh
kalau sudah apakah salah?

sejak kapan merasa gembira adalah salah?
sejak kau berpikir, tak hanya merasa
sejak kapan melempar kata berubah tak pantas?
hentikan, kau, pembenaran apa yang kau inginkan untuk dirimu jawab?

karena selama tak dikatakan banyak hal tak menjadi nyata
namun aku
terlalu banyak tahu
untuk tak tahu

aku ingin pulang

aku ingin mengurai serat kata
dan menganyam adamu saat ini
mengapa waktu berlari dan melambat sesuka hati
ketika aku rindu, kuhitung hari 
ia mogok di pangkuan
ketika aku kenang, tenggelam dalam nostalgia
ia terlepas dari genggaman
sungguh, sayang, terkadang
aku takut wajahmu terlupa
atau nantinanti cintamu alpa
karena terlalu lama aku kelana
sayang, aku ingin pulang
telentang bersisian
bertukar kisah tanpa selisih waktu
berkelakar dalam dekapmu
di tepi jendela

sayang
sungguh, 
aku ingin pulang





senja

ada secangkir senja yang mengintip
di tepi jendela
merahnya menggoda
seperti kenang yang tak kunjung hilang
seperti rindu yang kusesap sendu
perlahanlahan ia memudar jadi kelabu
saat itu aku akan pulang
menemukanmu menanti di balik jendela
pulang
seperti matahari yang bersandar di pangkuan samudera biru
aku pun akan bersandar di bahumu

lacuna

di selasela jemari
di hampa serentang lenganku
aku mencarimu

kau dan katakata
bukanlah seperti aku dan mereka
kalian tak identik, tak juga seirama
maka aku merabaraba rasa yang kau resapi

di cincin yang menggantung
di ribuan pesan yang terkirim
ada sebilah rindu yang menghunusku 
ada hilang yang bersabda

seandai kau katakan cinta seribu kali lebih sering
apakah bisa kutanggalkan janggal yang berkecamuk
ataukah jenuh yang akan berkuasa?

sungguh
sayang, 
aku ingin pulang.