untuk kekasih yang tidur dalam dekapan

ada banyak kata yang ingin kuucap
tapi nyata aku terdiam memandangmu lelap
satu dua kau hitung degup dari dada
kau takjub ada banyak suara dari hanya sebuah tubuh
aku takjub melihatmu ada

kekasih yang tidur dalam dekapan,
ada banyak tahun yang merentang dari tepi jendela
semoga ada banyak tahun yang meregang dari kini 
saat kita bersama
sayang, tunggu aku pulang


mungkin pergi jauh adalah sebuah jawaban

(mari bahagia)
ada satu harap yang menyelinap tumbuh diamdiam
ada satu cemas yang bersembunyi bersamanya
(mari bahagia)
aku merekareka aku yang mana di benakmu
kamu yang mana yang harus kueja
di persimpangan cerita kita bertemu dengan kisah, tawa dan airmata dalam genggaman
masingmasing yang terhilang dari waktu yang tiada
tapi katamu 
(mari bahagia)
dan aku ingin
sungguh, aku berusaha
namun
sungguh aku tak layak
katamu
(mari bahagia)
mari,
cukupkah kubayar dengan airmata?


ninabobo

selamat tidur, sayang
esok pasti lebih baik
seperti yang selalu kau janjikan padaku

semoga yang mengusikmu tiada
dan suarasuara lampau enggan bicara
semoga tengah malam kau lelap dalam buaian
bukan berteman gelisah kelam

aku ingin memelukmu
esok, lusa, kemarin, dan hari ini
rindu berbincang dengan sentuhan
ujung jemarimu
batas rambutmu
napasmu

selamat tidur, sayang
semoga besok kuucapkan selamat pagi
yang akan kau balas dengan senyum, 
sekali lagi

selamat malam, matahari


kebiasaan

aku ingin egois
supaya dia untukku saja
supaya besokbesok yang dilihatnya cuma
aku
yang dipanggilnya sayang
yang dimanjakannya
yang memilikinya

tapi ibu bilang jangan

enam kepada tujuh

sudah duabelas putaran bumi menari 
namun kita masih saling mencari
sejak tepi jendela saat itu
kita kembali di persimpangan
aku, kamu, tepi jendela yang lain

kali ini bukan seragam
hanya baju pergi dan dua kamera
satu peta dan banyak tawa
jalanjalan nyasar dan bungabunga
dan kisahkisah dalam gelap

peluk, katamu, harus selama duapuluh detik
maka berulang kali duapuluh detik kita habiskan dalam diam
rasakan saja deburnya, bisikmu
aku masih di tepian, menimbang perasaan
sementara kamu sibuk tenggelam
peluk, katamu, membahagiakan

kali ini bukan ulangan
yang membuatku meneteskan airmata
tapi katakata dan kenangan
lalu kamu, masih
berdiri di hadapanku menanti sebuah jawaban

menunggu, katamu, adalah keahlianmu
namun ada berapa banyak lagi sabar yang kau punya sementara
ada cemas luar biasa yang kurasakan nyatanyata
tunggu aku, kataku, entah di mana ujungnya kali ini

tak tahukah kamu
hati dan kepalaku tak selaras
mereka terus menerus mendaras
celotehan celotehan yang berbeda, kadang bersama, kadang berbeda
tunggu aku, kataku, entah di mana ujungnya kali ini

di tepi jendela
aku
kamu
kacakaca
kenangan
bertemu lagi