dunia maya saya

Gw, makhluk gaptek yang awet di dunia maya.

Sebagai alumni sebuah SMA yang, katanya, berbasiskan IT, gw jelas merasa gagal memenuhi standar pencitraan seorang alumni yang baik. Gw ga tahu bagaimana sekarang di sekolah lainnya, tapi gw ingat gw sampai sempat dipaksa mencicipi yang namanya pelajaran programming sederhana dengan Pascal dan Visual Basic. Gw juga ga kepikir bagaimana dulu bisa lulus ya? Sekarang yang gw ingat tentang programming cuma...apa yang gw ingat ya? Dua program itu dan AutoCAD, sebuah program yang katanya auto tapi ribetnya setengah mati. Padahal yang diajarkan ke kita waktu itu cuma bangun 2 dimensi, cuma bentuk persegi panjang yang pakai program Paint pun ga nyampe 1 menit jadi. Di AutoCAD, gara-gara urusan jurusan garis, pasti menggambarnya makan waktu lebih dari semenit dan menurut gw itu nyebelin.

Soal internet ga jauh beda. Dulu gw sudah bangga banget bisa lumayan paham HTML di masa SMP, tapi gw tetap berterimakasih pada siapa pun yang menciptakan FrontPage (iya, maksud gw Microsoft), paling ga rendahnya kepegalan tangan ga memperparah badai otak yang terjadi. Sempat belajar program HTML lain juga..DreamWeaver? Benar ga ya nama programnya? Sampai lupa, lho, soalnya kemampuan memang sudah balik ke nol lagi. Sayangnya manusia itu sungguh pandai dalam menjadi maju. Pada saat tercipta CSS, gw kibas-kibas bendera putih. Sori banget, gw ga ikutan. Berusaha cari-cari tutorial kode buat merombak sedikit blog ini aja udah bingung, ilmu yang dulu sedikit menempel waktu membuat blog lama sudah terbang entah ke mana, ditambah lagi gw pusing karena diri gw banyak mau.

Seperti semua anak sekolah, dare to be different itu dulu gw ucap biar merasa keren, tapi prakteknya, ya, lain lagi. Menjadi gaptek ga boleh menghalangi gw menjadi gaul, pikir gw saat itu. Jadi, terciptalah beberapa ketidakjelasan ala gw di dunia maya. Mulai dari web gagal yang kemudian ga bisa gw hapus padahal ada beberapa info yang menurut gw ga seharusnya gw letakkan di sana. Lanjut ke blog-blog gw yang kalau dilihat sekarang sih aneh-aneh lucu: blog pertama gw yang isinya sok nulis diary dan blog kedua gw yang bertahan sekitar 4 tahunan. Itu baru blog, belum lagi akun dunia maya yang dulu wajib dipunyai anak sekolah: Friendster, High5, MSN Messenger.

Pas masuk kuliah, gw ditodong membuat akun Facebook oleh para senior, katanya sudah ga zamannya lagi main Friendster. Setelah resisten cukup lama, gw beralih dari Friendster ke Facebook. Setelah masuk sebuah organisasi kemahasiswaan yang rapat dunia mayanya sungguh luar biasa banyak dan memakan waktu (rapat mulai pukul sepuluh malam dan berlangsung sampai subuh; gw rasa ga sedikit yang ketiduran pada saat rapat berlangsung, makanya kalau dari puluhan nama yang terlihat online tetap ga ada tanggapan yang diketik, ya, wajar aja menurut gw), gw dituntut untuk memiliki Yahoo Messenger. Terakhir gw merasa didesak kebutuhan dan akhirnya membuat akun Twitter juga. Satu yang masih berhasil gw tangkal hingga sekarang adalah mengganti gadget gw menjadi BlackBerry demi fitur BBM-nya yang sangat diagung-agungkan itu.

Gw sadar tuntutan dari lingkungan untuk mempunyai media sosial sangat berpengaruh dan gw merasa terbebani. Sedih, lho, bagaimana kami, para kaum non-BB, di kampus gw ketinggalan banyak berita penting. Ga punya akun Facebook artinya ga bisa melihat event yang akan datang, pengumuman kampus, dan berita teman-teman serta saudara. Ga punya akun Twitter artinya akan ketinggalan berita non-kampus dan mengurangi kecepatan mendapatkan info seputar kehidupan kampus. Kadang-kadang gw jadi berpikir, kenapa gw dikendalikan oleh lingkungan dan media sosial? Harusnya, kan, karena gw merasa ingin dan menikmati sarana-sarana itu maka gw memiliki akun di sana, tapi ini malah terbalik. Yang gw inginkan adalah tetap terjalinnya komunikasi dengan teman-teman, guru, saudara, dan kenalan gw tanpa privasi gw terlalu diusik dan ditelisik oleh mata-mata yang tidak berkepentingan. Nyatanya media sosial ideal seperti itu tidak ada, ada yang mesti dikorbankan. Menutup akun terlalu erat malah menghalangi komunikasi dengan teman-teman yang 'hilang', tapi terlalu lebar membuka akun juga malah mengundang orang-orang ga berkepentingan. :(

Gw mengingat-ingat lagi alasan gw membuat beberapa akun dunia maya yang gw rasa murni karena kemauan dan bukan karena tuntutan lingkungan. Blog salah satunya. Buat gw menulis itu terapi karena gw yang orangnya tidak pernah bisa terlalu terbuka tentang masalah pribadi, jadi lebih lepas dan lega saat menulis, menulis itu kebutuhan. Dulu, walaupun ga banyak dikunjungi, blog gw malah menjadi konsumsi orang yang bukan dari lingkungan nyata gw, artinya gw malah banyak ketemu blogger lain gara-gara blogwalking dan bertukar link. Menurut gw itu jauh lebih menyenangkan: bebas dari tekanan dan lepas dari segala tatapan menghakimi, baik disengaja maupun tidak oleh orang yang tiap hari bertemu dengan gw.

Kemudian tiba masanya gw berkenalan dengan microblog, Tumblr, yang praktis dan 'hening'. Tidak banyak yang tahu dan identitas tidak perlu banyak diumbar. Kecanduan, gw pun lebih banyak bermain di sana. Sisi negatif dari Tumblr yang akhirnya gw sadari adalah banyak sekali bertebaran pikiran negatif dan depresif, bukannya menyalurkan perasaan lama-lama gw ikut terbawa juga oleh pemikiran dan masalah orang lain. Masalah tersebut bercampur dengan kondisi gw yang sedang berusaha beradaptasi di kampus, terbawa ke blog kedua gw, isi blog gw ikut jadi aneh dan berantakan. Gw memutuskan berhenti menulis di sana.

Nah, baru-baru ini gw menyadari gw ga bisa terus-terusan nyampah di akun Tumblr gw atau  pun kembali memperbaiki blog gw sebelumnya. Di sisi lain, gw sepertinya membutuhkan media menulis dan penyaluran keluh kesah. Solusi gw: blog ini. Gw membuat blog yang satu ini dengan harapan gw bisa berefleksi dulu pada diri gw sendiri sebelum gw dengan impulsif menulis satu kalimat yang 'galau' karena mengalami suatu kejadian. Andaikata ga terhindarkan, gw ingin dengan tulisan galau itu gw juga mendapatkan sedikit pencerahan pribadi. Sejauh ini agak sulit menurut gw, untuk menulis 1 postingan baru aja gw bisa di depan laptop sampai 4 jam lebih karena ga ingin gegabah dalam bercerita atau membuat kata-kata, hasilnya ya masih berantakan juga. Tapi gw rasa ini juga proses belajar, baik dalam hal menulis secara sistematis maupun menata otak dan menyampaikan cerita lagi. Masalah ada pembaca atau ga, urusan belakangan. :)

Dunia maya saya: satu kunci, satu pengingat, dua nama, dua pernyataan hidup, dan dua cermin.

No comments:

Post a Comment