" Mama kerampokan. "
Cuma butuh dua kata untuk mengacaukan siang hari gw, di tengah-tengah jam lab terapi relaksasi. Dikirim via nomor HP-nya yang jarang dipakai sejak menggunakan 2 nomor lainnya. Reaksi pertama gw adalah 'bercanda ya?' yang langsung berlanjut dengan panik, luar biasa panik. Apalagi pas gw tanya kenapa, ga ada jawaban.
Ini sudah kali kedua dalam kurun waktu setengah tahun belakangan ada tragedi kerampokan di keluarga gw. Yang pertama adalah pada saat gw, bersama ibu gw itu lagi naik mobil dan di jalan pulang ke rumah. Hari itu, karena STNK mobil yang biasa dipakai lagi diperpanjang, jadilah ibu gw nyetir mobil si Ayah. Apesnya, jalan yang sudah berkali-kali dilewati, entah kenapa di hari itu berubah jadi jalanan paling horor yang sampe sekarang masih bikin gw trauma kalau lewat sana. 3 orang, gedor-gedor kaca mobil dan langsung tarik putus 2 spion mobil kanan-kiri. Gw ga akan pernah lupa muka orang-orang itu, gw rasa itu muka setan. Baru sekali itu gw lihat muka yang penuh nafsu jahat sampai segitunya. Ternyata, pikir gw, manusia juga bisa berwajah seperti itu, ya.
Hari ini rencananya ibu gw itu mau mampir siang tadi, buat makan siang bareng karena kuliah hari ini selesai lebih pagi daripada biasanya. Cuma memang sebelumnya dia mau pergi ke salon. Nah, di perjalanan mau ke salon yang letaknya sekitar 45 menit dari rumah itu, tepatnya di bagian jalan yang masih sangat dekat dengan rumah gw, ibu gw kerampokan. Modusnya sebenarnya klasik: ada orang pura-pura bilang bannya kempes dan nunjuk-nunjuk ke arah mobil. Ibu gw ini orangnya sangat hati-hati, gw rasa itu juga efek tinggal di Jakarta berpuluh tahun, jadi biasanya setelah turun mobil pasti langsung dikuncinya mobil itu. Tapi entah bagaimana, gw juga cuma dengar ceritanya via telepon, tadi pas mau dikunci pada saat itu pula lewat orang bermotor di sisi sebelah pengemudi dan langsung angkut tas ibu gw beserta segala isinya. Motor dan dua orang itu langsung kabur ke arah yang berlawanan dengan arah mobil ibu gw.
Gw ga tahu ini kebetulan atau gimana, tapi gw bisa bilang ini berkat: kunci kamar yang biasanya langsung dimasukkan sama ibu gw ke dalam tas entah kenapa tadi bisa nyelip di bangku mobil. Jadilah ibu gw langsung balik rumah dan jadi bisa telepon untuk blokir kartu kredit, ATM, dan lain-lainnya. Dan karena HP dengan nomor yang sudah jarang dipakai itu ditinggal di rumah, makanya akhirnya ibu gw bisa sms kasih kabar. Ayah gw juga langsung balik rumah, terus kabar terakhir sih mereka sudah ngurus ke bank, lapor polisi, dan ngurus dokumen semacam KTP, dll.
Tadi sempat sahabat gw menyarankan gw balik ke rumah, tapi gw menolak. Gw ga bisa nyetir, ayah gw lagi jalan ke rumah, dan gw tahu kalau gw naik taksi pastilah ibu gw bakal makin khawatir. Terakhir telepon aja dia jadi paranoid, dia bilang dia khawatir gw juga ikut kenapa-kenapa, mengingat ada fotokopi dokumen gw di dompetnya dan salah satu HP-nya ga berpassword, pesan gw supaya jaga diri, hati-hati, kalau dirampok jangan ngelawan, dia bilang dia khawatir banget sama gw. That's just so my mother. Dia akan khawatir soal dirinya sendiri di saat paling akhir, bahkan pada saat dia yang harusnya dikhawatirkan. Tahu ga yang pertama kali ibu gw bilang saat telepon? " Maaf, ya, tas itu kan padahal tas kamu yang mama pinjem, jadi hilang juga.." dan sesorean ini, kata ayah gw, ibu gw ga bisa berhenti kepikiran HP-nya yang hilang. Bukan karena harga atau apanya, tapi karena HP itu hadiah gw dan ayah gw pas ulang tahunnya tahun ini dan cover yang dipakai itu dari gw.
Gw marah. Sama perampok-perampok itu. Sama diri gw. Berulang-ulang terjadi hal buruk sama ibu gw dan gw ga pernah bisa berguna buat dia. Gw merasa ga berdaya setiap kali gw gagal menjaga ibu gw dari hal-hal yang ga diinginkan. Dan gw malu gw sempat mempertanyakan ulang niat gw menjalani jurusan gw sekarang padahal motivasi awal gw juga karena gw ingin bisa berguna buat ibu dan keluarga gw. Kalau ini peringatan dari Tuhan, gw rasa ini tamparan keras, tapi gw ga pernah berharap harus begini caranya untuk memaksa gw tetap fokus pada tujuan hidup gw.
Gw rasa gw sudah mulai meracau.
Gw cuma berharap semua baik-baik saja, maksud gw, jangan ada yang begini lagi. Dan gw berharap gw dimampukan untuk melindungi keluarga gw, bagaimanapun caranya.
No comments:
Post a Comment