...buat kucing hitam yang kena flu.
Pada zaman dahulu kala hiduplah seekor kucing hitam di sebuah rumah yang terletak di tepian hutan. Pada siang hari ia akan bepergian, menjelajah dan berkelana. Ia bertemu banyak orang dan bertukar berita dan bermain serta bekerja. Kadang ia lupa dan pulang terlalu larut. Kadang ia terlalu asyik memandang wajah malam yang berganti jadi kelembutan pagi dan baru beranjak tidur di kala embun pertama tiba.
Hingga suatu malam saat ia beristirahat di rumah mungilnya, ia menyadari ada yang berbeda. O ow, ternyata si Kucing Hitam terkena flu. Ia meletakkan kedua cakarnya di kepala. Hm, ada yang salah dengan kepalaku, pikirnya, dan kenapa dahiku terasa panas? Ia memegang perutnya, kruk..kruk..kruk..Bunyi perutnya memecah keheningan rumah. Waduh, si Kucing Hitam kelaparan rupanya. Sekarang bagaimana? Si Kucing Hitam mengambil kompres dan meletakannya di kepala, segera ia bersembunyi di bawah selimut tebal. Tapi, aduh...perutnya yang kelaparan tetap meronta.
Tiba-tiba...
Tok, tok, tok..
Suara pintu diketuk. Sebuah wajah mengintip dari balik jendela.
Ternyata itu si Kelinci, teman baik si Kucing Hitam!
Hop, hop, hop.
Si Kelinci melompat ceria dan menghambur masuk rumah si Kucing Hitam.
Lihat, lihat apa yang kubawa, katanya, permen bintang!
Permen bintang? Si Kucing Hitam bertanya-tanya.
Tak tahukah kamu? Kemarin malam adalah malam istimewa dalam satu tahun, malam dilepaskannya anak-anak bintang. Beberapa akan meluncur ke lapisan langit yang lebih tinggi. Sebagian besar akan menggantikan tempat bintang-bintang yang telah renta dan menerangi langit malam. Namun, selalu ada yang terjatuh ke bumi dan menjadi permen, terserak di hamparan padang-padang rumput.
Si Kelinci membuka kain penutup di keranjang yang dibawanya. Lihat! Ia menunjukkan permen raksasa berbentuk bintang yang terlihat gemerlapan. Ajaib sekali!
Setelah sempat tersenyum lebar, si Kucing Hitam kembali meletakkan cakar di kepalanya.
Aduh!
Kucing, apakah kamu sakit? Si Kelinci keheranan.
Iya dan saaaaangat lapar!
Si Kelinci berkacak pinggang. Memang si Kucing Hitam bandel dan manja luar biasa, pikirnya. Segera ia membuat sup wortel dan puding bintang yang dengan segera dilahap si Kucing Hitam. Ia mendorong si Kucing Hitam ke kasur, membungkusnya seperti mumi, meletakkan kompres di kepala, dan menarik kursi di sebelah tempat tidur. Sekarang waktunya tidur, ucap si Kelinci. Ditepuknya kepala si Kucing Hitam pelan dengan cakarnya, cakar keberuntungan agar si kucing bandel cepat sembuh. Paling tidak itu yang selalu diresepkan oleh ibu si Kelinci.
Keesokan paginya ternyata si Kucing Hitam benar-benar sembuh! Untuk merayakannya, si Kelinci mengadakan perayaan kecil di taman. Sekeranjang penuh makanan lezat menanti. Mereka makan dengan gembira di bawah langit biru.
No comments:
Post a Comment