sepenggal : maaf

Mungkin bagi sebagian besar orang ga ada perbedaan arti dalam pengucapan kata 'sori' dan 'maaf'. Bahkan seringkali maknanya berkurang jauh. Kalau ga bisa dibilang terjun bebas. Entah kenapa gw akhir-akhir ini sering banget ketemu dua kata itu dan gw jadi berpikir ulang...

Ini mungkin pemikiran gw sendiri, tapi dari kecil gw selalu membuat tingkat minta maaf di kepala gw. Sori dan maaf yang buat orang lain maknanya sama, buat gw punya sedikit perbedaan. Sori adalah kata yang gw ucapkan kalau gw ga sengaja senggol orang dan hal-hal yang menurut gw sifatnya sepele. Sementara maaf lebih berat, lebih dalam, lebih berarti. Pengucapannya juga harus lebih hati-hati. Contohnya, kalau  sampai ada yang sakit hati karena memang gw bersikap terlalu keras atau gw berbuat kesalahan fatal dan sangat merugikan.

Dan lagi, sori maupun maaf adalah bentuk penyesalan yang terucap. Kalau sampai mengucap kata-kata itu, artinya gw menyesal. Menyesali sikap atau kata-kata yang kemudian gw nilai ga pantas, menyesali sikap atau kata-kata yang merugikan dan menyakiti orang lain, atau kedua-duanya. Penting buat gw untuk bersikap selayaknya orang yang menyesal. Selayaknya orang yang meminta, gw mengharap permintaan gw akan dipenuhi: menerima maaf dari yang dirugikan. Gw ga akan bersikap mau kabur karena gw ada di sana untuk bersikap konsekuen terhadap sikap gw. Gw ga pernah berpikir untuk tertawa pada saat gw minta maaf. Karena, apa yang lucu dari minta maaf? Kecuali maaf cuma sekedar kata-kata yang terasa wajib dan jadi terasa janggal saat diucapkan.

Mungkin gw hidup di masa yang salah, mental gw mental kolot. Buat gw permintaan maaf itu masih dan tetap istimewa. Buat orang lain? Kadang gw berpikir sekarang permintaan maaf sudah dilacur, diumpankan cuma buat cari selamat.

No comments:

Post a Comment